Dua Bocah Lugu Penjual Tisu - Kejujuran sebuah kata yang sangat sederhana tapi menjadi barang langka dan sangat mahal harganya.
Ada sebuah kisah kejujuran yang sangat menyentuh hati. Terdapat dua orang anak kecil yang setiap hari menjajakan tisu di pinggir jalan saat menyeberang untuk makan siang. Mereka menawarkan tisu kepada seorang lelaki di ujung jembatan. Dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta, lelaki tersebut hanya mengangkat tangan lebar-lebar tanpa tersenyum. Tapi sikap tersebut tetap dibalas dengan sopan oleh dua bocah itu dengan ucapan, "Terima kasih Om."
Setengah jam kemudian lelaki pertama tadi melewati tempat yang sama dan mendapati bocah penjual tisu tengah mendapatkan pembeli seorang wanita. Senyum di wajah Mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang menyelimuti langit Jakarta, "Terima kasih ya Mbak, semuanya Rp 2.500," tukas mereka.
Tak lama si wanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah Rp 10.000
.
#1 Meninggalkan Dusta Akhirnya Diterima Kerja
#2 Dua Bocah Lugu Penjual Tisu
#3 Bajak dan Kerbau untuk Si Petani
#5 Anak Kecil dan Si Bapak yang Buta
"Maaf tidak ada kembaliannya. Ada uang pas tidak Mbak?" mereka menyetorkan kembali uang tersebut.
Si wanita menggeleng lalu dengan sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri si lelaki yang tengah mengamati mereka bertiga pada jarak 4m, "Om boleh tukar uang tidak? recehan Rp 10.000-an."
Mendengar permintaan itu, si lelaki teringat akan anaknya yang seusia mereka. Sedikit terhenyak, dia merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian food court sebesar Rp 4.000, "Tidak punya," tukasnya.
Lalu tak lama si wanita berkata, "Ambil saja kembaliannya Dik. Sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya ke arah ujung sebelah timur."
Anak itu terkesiap, ia menyambar uang 4000an yang dipunyai oleh si lelaki dan menukarkannya dengan uang 10.000-an tersebut dan meletakkannya begitu saja ke genggaman si lelaki yang masih tetap berhenti. Lalu ia mengejar wanita tersebut untuk memberikan uang 4000 tadi.
Si wanita kaget setengah berteriak ia bilang "Sudah buat kamu saja, tidak apa-apa, ambil saja."
Akan tetapi dua bocah itu bersikeras mengembalikan uang tersebut, "Maaf mbak cuma ada Rp 4.000 nanti kalau Mbak lewat sini lagi saya kembalikan."
Akhirnya uang itu diterima si wanita karena si anak penjual tisu tadi pergi meninggalkannya.
Tinggallah episode antara si lelaki dan anak tadi. Uang Rp 10.000 di genggaman si lelaki tentu bukan miliknya semua. Kedua anak itu lalu menghampiri si lelaki dan berujar, "Om tunggu ya, saya ke bawah dulu untuk tukar uang ke tukang ojek."
"Tidak usah, tidak usah, biar ini untuk kalian saja," ucap lelaki itu sembari memberikan uangnya kepada anak kecil tadi.
Bocah itu menerimanya tapi terus berlari ke bawah jembatan menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek. Lelaki tersebut hendak meneruskan langkah akan tetapi dihentikan oleh anak yang satunya, "Nanti dulu, biar ditukar dulu sebentar."
"Tidak apa-apa, itu buat kalian,"
"Jangan, jangan Om. Itu uang Om sama Mbak yang tadi," anak itu bersikeras.
"Sudah, saya ikhlas. Mbak tadi juga pasti ikhlas,"
Secepat kilat ia meraih kantong plastik hitam nya dan berlari ke arah lelaki yang masih berdiri dihadapannya, "Ini tdeh Om kalau kelamaan. Saya minta maaf," Ia memberi 8 bungkus tisu.
"Buat apa?" lelaki tersebut bengong.
"Habis teman saya lama sih Om. Maaf tukar pake tisu aja dulu,"
Akhirnya si anak yang tadi menukar uangnya dengan tukang ojek kembali dengan genggaman uang receh Rp 10.000 dan mengambil tisu dari tangan si lelaki serta memberikan uang Rp 4.000.
"Terima kasih Om,"
Mereka kembali ke jembatan sambil memikirkan kekurangan pengembaliannya untuk wanita yang tadi membeli tisunya.
Download Buletin Dua Bocah Lugu Penjual Tisu
(Disadur dari Buku Dahsyatnya 14 Amal dan Kisah Pengamalnya)
Gambar : pixabay.com
Comments