Aib Terkuak Saat Berhaji - Menunaikan ibadah haji di Mekah semestinya menjadi momentum besar bagi seorang hamba untuk menjalin kedekatan dengan Allah.
Di sanalah jutaan umat manusia dari berbagai penjuru dunia berkumpul, bersimpuh khusyuk menggelar ritual ibadah haji menyaksikan keagungan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sungguh mulia orang yang diberi kesempatan berhaji dan sungguh indah orang yang menikmati perjalanan meniti ibadah haji.
Tapi tidak begitu yang dialami oleh Mbah Rusminto.
Perjalanan haji justru menguak tabir aib yang selama ini dipendamnya.
Baca Juga :
#2 Diselamatkan dari Tragedi Terowongan Mina
#3 Memberi di Tanah Suci Mendapat Balasan di Tanah Air
Ka'bah dan kesakralan tanah suci membelejeti perilaku-perilaku buruk yang dilakukannya selama ini.
Aib-aibnya tergambar jelas dalam sikap dan perilaku anehnya selama di tanah suci.
Semua itu terjadi secara spontan di luar jangkauan nalarnya.
Semua orang terutama
tetangganya yang satu rombongan dengannya terbelalak sehingga terkuaklah
rahasia dibalik siapa sebenarnya Mbah Rusminto.
Di kampungnya, gelar haji merupakan sebuah prestise sehingga tak sedikit penduduknya yang berkeinginan untuk naik haji sekadar untuk menaikkan citra diri mereka setelah berhaji. Mereka akan dipanggil “Pak Haji” atau “Mbah Haji”
Motif itu pula yang melecut Mbah Rusminto untuk bisa segera berangkat haji. Terbayang di pelupuk matanya, sepulang dari haji, dirinya akan dipanggil Mbah Haji oleh tetangga-tetangganya bahkan oleh seluruh warga di kampungnya.
Sebenarnya untuk membayar ongkos haji ia harus pontang-panting sabet sana sabet sini termasuk diantaranya harus berhutang dan merelakan sebagian besar tanahnya terjual.
Padahal beberapa bagian tanah itu adalah milik anaknya yang telah ia berikan tapi akhirnya diminta kembali olehnya. Semua itu semata untuk memenuhi hajatnya agar dapat memiliki predikat haji sebagaimana layaknya orang yang akan berangkat haji.
Mbah Rusminto pun mengadakan acara kenduri dan pengajian dengan mengundang karib kerabat dan orang-orang kampung. Hingga waktu yang telah ditentukan, ia akhirnya berangkat haji bersama-sama beberapa tetangganya.
Dalam satu rombongan tidak ada yang aneh saat perjalanan menuju ke tanah suci. Namun saat tiba di Mekah mulai terjadi hal-hal aneh dan ganjil pada Mbah Rusminto di Masjidil Haram, misalnya tiba-tiba Mbah Rusminto mengeluarkan dahaknya dari tenggorokan kemudian meludahkannya ke lantai masjid. Tentu saja orang-orang yang melihat tingkah Mbah Rusminto itu terkejut bukan main.
“Lho Mbah, kok malah meludah di lantai?” tegur Kyai Ahmad, pemimpin rombongan yang mana Mbah Rusminto ikut di dalamnya. Dan anehnya, mendengar teguran Kyai Ahmad, Mbah Rusminto bukannya membersihkan dahak kental yang menjuntai di lantai masjid tapi malah memungut dahak itu dengan tangannya lalu memasukkannya ke dalam gelas plastik yang di bawanya. Begitu seterusnya hingga dahak itu hampir memenuhi gelas plastik yang dia bawa.
Lalu terjadilah keanehan selanjutnya, di luar dugaan orang-orang, Mbah Rusminto kemudian meminum dahaknya itu tanpa sedikit pun merasa jijik. Lagi-lagi orang-orang dibuat heran.
“Kok diminum Mbah?” tanya Kyai Ahmad dengan rasa jijik melihat tingkah Mbah Rusminto itu yang ditanya malah cengar-cengir saja seperti orang yang tidak bersalah.
Orang-orang yang melihat merasa jijik yang amat sangat. Kyai Ahmad sendiri bahkan mengaku tidak doyan makan selama berhari-hari bila teringat perilaku Mbah Rusminto.
Setiap kali makan dan teringat peristiwa menjijikan itu Kyai Ahmad selalu muntah-muntah.
Berbagai manasik telah dilalui Mbah Rusminto beserta rombongannya. Manasik selanjutnya adalah ke Arafah. Setelah wukuf sekitar jam 12.00 semua rombongan bermunajat kepada Allah di luar tenda.
Namun Mbah Rusminto malah ogah-ogahan, duduk-duduk saja di tenda. Saat di Muzdalifah, Mbah Rusminto tidak mau mencari kerikil/batu kecil sendiri. Akhirnya ada tetangganya yang mengalah mencarikannya.
Kemudian semua anggota rombongan menuju Mina untuk melempar jumroh. Namun di sana Mbah Rusminto malah menghilang. Orang-orang tidak tahu kemana perginya orang itu. Menurut pengakuan, setelah ditemukan ia tadi diajak pergi oleh salah seorang anaknya yang bernama Sardi. Ini tentu aneh sekali karena Sardi, anaknya itu tidak ikut berhaji. Anehnya tidak merasakan kejanggalan itu. Akhirnya Mbah Rusminto tidak melempar jumroh sendiri
Saat rombongan kembali ke Mekah untuk tawaf wada, tawaf yang terakhir. Tak ada yang tahu ke mana perginya dan yang mengejutkan setelah ia datang secara tiba-tiba mulut Mbah Rusminto mengucapkan omongan seolah tanpa disadarinya seperti orang meracau.
Dalam ucapannya itu, Mbah Rusminto justru menguak aib yang selama ini disimpannya rapat-rapat. Ternyata memang semua rangkaian keanehan dan keganjilan yang dialami oleh Mbah Rusminto saat menunaikan ibadah haji adalah sebagai cerminan dari perilaku jahatnya selama ini.
Allah Subhanahu wa Ta'ala bermaksud memperlihatkan kebesarannya dengan menguap tabir aib hambanya yang berbuat jahat. Kesucian Mekah seolah tak bisa menerima orang-orang jahat seperti Mbah Rusminto yang hajinya pun tidak ikhlas tapi hanya memburu prestise diri yaitu gelar haji semata.
Menurut penuturan Kyai Ahmad sebelum berangkat haji, Mbah Rusminto telah memberi hibah kepada anak perempuannya berupa sebidang tanah. Namun tiba-tiba ia memintanya kembali tanpa alasan yang pasti sehingga anaknya pun merasa sakit hati.
Akibatnya saat berhaji,
Mbah Rusminto berperilaku seperti orang linglung. Perilakunya aneh dan semaunya
sendiri bahkan ia pun menguak aibnya sendiri yang selama ini ditutupi di
hadapan rombongan haji yang beberapa diantaranya adalah tetangganya sendiri.
Download Buletin Aib Terkuak Saat Berhaji
(Disadur dari buku Dahsyatnya 14 Amal dan Kisah Pengamalnya)
Gambar : pixabay.com/adliwahid
Comments