Garam dan Telaga - Dulu ada orang bijak yang sudah tua hidup dengan serba kesederhanaan. Pada suatu pagi, datanglah tamu, seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah ke rumah orang tua itu. Langkahnya gontai, dengan raut muka yang kusut. Tamu itu memang tampak seperti orang yang tidak bahagia. Tanpa membuang waktu, pemuda tersebut menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak hanya mendengarkannya dengan seksama.
Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta pemuda tersebut mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan.
"Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya?" ujar Pak Tua.
"Asin, asin sekali!" jawab sang tamu sambil meludah ke samping.
Pak Tua sedikit tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka di tepi telaga yang tenang.
#1 Kesabaran dan Kekuatan Doa Seorang Istri
#3 Bunga Cempaka di Depan Masjid
#5 Susu Unta Mengalir di Dalam Gua
#6 Majikan yang Baik Hati kepada Pembantunya
#7 Orang Buat yang Pandai Bersyukur
Pak Tua kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang dengan cara mengaduk-aduk sehingga tercipta riak air yang mengusik ketenangan telaga.
"Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah," ucap Pak Tua.
Saat tamu itu selesai meneguk air. Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?"
"Segar!" sahut tamunya.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Pak Tua lagi.
"Tidak!" jawab si anak muda dengan pelan.
Pak Tua lalu menepuk-nepuk punggung si anak muda dan mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga.
"Anak muda, dengarlah, pahitnya kehidupan layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang, jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.
Kepahitan itu didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."
Pak Tua kembali memberikan nasehat,
"Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.
Jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran serta kebahagiaan."
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar dari kejadian tersebut dan Pak Tua, si orang bijak itu kembali menyimpan segenggam garam untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.
Ikhlas dan sabar adalah kunci bahagia. Setiap masalah telah dituntunkan oleh Pak Tua tadi agar anak muda mengasah kemampuan rasanya, mengasah ikhlasnya, dan mengasah kesabarannya. Jika semua tercapai sempurnalah hidup.
Download Buletin Garam dan Telaga
(Disadur dari buku Dahsyatnya 14 Amal dan Kisah Pengamalnya)
Gambar : detik.net
Comments