Sepotong Handuk Kusam

Sepotong Handuk Kusam


Sepotong Handuk Kusam - Pada pagi yang cerah bersama istri dan dua orang anaknya. Yudi sedang menyantap sarapan.


Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang. Istri Yudi segera berhambur kearah pintu depan. Di sana rupanya ada seorang ibu tetangga rumah beserta anaknya yang datang dengan sebuah bungkusan.


"Ada apa ibu?" tanya istri Yudi.


"Boleh saya bertemu dengan Pak Yudi?" tanya sang tamu.


Perempuan itu dipersilakan masuk. Ia menunggu di ruang tamu sementara Yudi menyelesaikan sarapan.


Setelah selesai sarapan, Yudi datang menyapa, ia menanyakan ada apa gerangan. Di sisi-nya sang istri turut mendengarkan.


Baca Juga :

#1 Kesabaran dan Kekuatan Doa Seorang Istri

#2 Sepotong Handuk Kusam

#3 Bunga Cempaka di Depan Masjid

#4 Garam dan Telaga

#5 Susu Unta Mengalir di Dalam Gua

#6 Majikan yang Baik Hati kepada Pembantunya

#7 Orang Buat yang Pandai Bersyukur


Sang tamu kemudian berkata lirih,


"Pak Yudi, Tolong beli handuk ini."


Yudi dan istri saling bertatapan heran. Setahu mereka tetangga ini tidak pernah berjualan. Sejak kapan sang Ibu ini berjualan handuk, batin mereka berdua.


Namun, mereka berdua merasa aneh saat mereka membuka bingkisan yang disodorkan. Nampak sebuah handuk usang. Yudi dan istri semakin heran. Mereka tidak mengerti apa maksud sang Ibu menawarkan handuk usang.


Setelah beberapa saat, Yudi pun mendapatkan sebuah pertanyaan untuk dilontarkan.


"Kenapa Ibu mau menjual handuk ini?" tanya Yudi.


"Suami saya sudah beberapa hari nggak pulang Pak. Saya nggak tahu apakah dia kabur karena kawin lagi atau sudah meninggal di jalan.


Biasanya kalau lagi bawa truk ke Jawa paling lama 1 minggu dia sudah pulang. Sampai sekarang sudah 2 minggu lebih nggak ada kabar. Nggak ada telepon, sms, atau apapun. Padahal di rumah, saya nggak punya uang dan makanan.


Sudah dua hari saya bilang ke anak-anak untuk sabar menahan lapar. Tapi tadi malam saya sudah nggak kuat mendengar jeritan anak-anak saya yang kelaparan. Tolong beli handuk ini Pak. Saya nggak mau mengemis. Saya juga nggak berani ngutang. Tolong ya Pak." Ibu tadi menutup kalimatnya dengan nada memelas.


Yudi dan istrinya merasa lemas mendengar penuturan Ibu tadi. Keduanya menghela nafas panjang. Yudi dan istri bergegas masuk ke dalam kamar mereka.


Namun celakanya uang yang mereka punya hanya Rp 200.000 saja.


"Berapa yang pantas untuk diberikan?" gumam mereka berdua.


Akhirnya Yudi memutuskan untuk memberi uang sejumlah Rp 150.000. Padahal, sebelumnya sang istri sudah mengingatkan bahwa tanggal gajian masih seminggu lagi.


"Dari mana uang untuk makan dalam beberapa hari tersebut?" Yudi menjawab singkat, "Allah pasti menolong kita."


Yudi memberikan sejumlah uang kepada tetangganya. Setelah ibu itu berpamitan, Yudi dan seluruh anggota keluarga pergi meninggalkan rumah.


Yudi pergi mengantarkan anak-anak ke sekolah terlebih dahulu, lalu ke tempat kerja istri dan terakhir menuju kantornya.


Yudi dan istri menikmati perjalanan rutin di pagi itu. Namun ada satu rasa didalam hati mereka yang tengah bersemi yaitu kebahagiaan dan kedamaian.


Itu yang mereka rasakan. Energi kebaikan itu dirasakan oleh Yudi sepanjang hari. Senyum terus mengembang di wajahnya. Semua orang yang ia jumpai selalu menyapanya.


Alangkah hari itu dirasakan sebagai berkah. Usai salat ashar, direktur SDM di kantornya memanggil Yudi agar datang ke ruangan.


Tak terlintas di benak Yudi apa maksud pemanggilan dirinya. Yudi mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk. Setelah duduk di sebuah kursi. Yudi bertanya tujuan ia dipanggil.


Wajah sang direktur terlihat ceria. Beberapa kali senyuman terulas di wajahnya. Yudi bergumam, "Mungkin ada satu lagi penambah keberkahan hari ini."


Setelah berbincang beberapa lama, sang direktur memberitahukan bahwa tahun ini seperti masa-masa sebelumnya perusahaan memberangkatkan 1 orang dari pegawai untuk ibadah haji. Direktur SDM itu memberitahukan bahwa pegawai yang beruntung tahun ini adalah Yudi.


Allahu Akbar! Tubuh Yudi berguncang hebat, tak mampu menahan gemuruh dalam ruang batinnya, ia pun bersyukur kepada Allah dengan bersujud. Ia tidak hanya menjabat tangan direktur. Saking girangnya ia memeluk tubuh sang direktur dan ia ucapkan terima kasih berulang kali.


Ia kembali ke rumah dengan hati berbunga. Rasanya inilah perjalanan pulang ke rumah yang paling indah yang pernah dia alami. Sambil memegang kemudi mobil. Berkali-kali bulir air mata menetes di pipi Yudi.


"Alangkah Maha Pemurah Allah," hatinya memuji.


Yudi pun tiba di rumah setelah mobil diparkir Ia lari berhamburan mencari istrinya. Istrinya merasa heran melihat gelagat suaminya.


Lalu ia pun menanyakan apa yang terjadi. Yudi kemudian menceritakan kabar gembira bahwa dirinya akan berangkat haji tahun ini.


Setelah keduanya merasakan kegembiraan itu. Keduanya menyadari bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan anugerah yang amat berharga itu setelah Yudi dan istrinya memberikan bantuan kepada seorang ibu tetangga tadi pagi. Mereka tahu bahwa memberi sama halnya dengan mensyukuri nikmat Allah.


Download Buletin Sepotong Handuk Kusam


(Disadur dari buku Dahsyatnya 14 Amal dan Kisah Pengamalnya)

Gambar : pixabay.com

Comments