Hutang Lunas Secara Misterius - Di salah satu perumahan di daerah Cibinong, Bogor, rencananya akan dibangun mushola untuk kegiatan shalat berjamaah warganya. Salah satu diantaranya adalah Arif yang aktif ingin mewujudkan rencana tersebut. Rencana pun berjalan dengan didukung oleh berbagai pihak.
#1 Pedagang Nasi yang Dermawan
#4 Rezeki Berlimpah di Tanah Suci
#5 Rezeki 2 Miliar di dalam Penjara
#6 Hutang Lunas Secara Misterius
Suatu ketika diadakan rapat,
"Saya insyaallah mau menyumbang semua lantai keramik yang diperlukan mushola ini," seru Arif dalam forum.
"Apakah semua lantai keramik atau sebagiannya saja Pak Arif?" salah satu warga mempertanyakan keputusan Arif.
Dengan tegas Arif pun menjawab, "Semuanya Insya Allah," tegasnya.
Arif tidak khawatir untuk menutupi sumbangan seluruh lantai keramik mushola. Di benaknya, besok pagi ia akan meminta orangtuanya, neneknya,sepupu, paman, bibi dan seluruh saudaranya untuk turut menyumbang.
Benar juga, begitu Arif menghubungi seluruh kerabatnya, mereka semua bersedia turut menyumbang pembelian lantai keramik mushola.
Waktu yang dijanjikan oleh Arif semakin dekat, ia segera menghubungi keluarganya. Namun apa yang terjadi saat ia menghubungi satu persatu keluarga yang sudah berjanji untuk menyumbang.
Sungguh aneh, semua keluarga yang berjanji sepertinya sangat kompak mereka semua sedang pailit atau tidak punya uang.
"Celaka!" keluh Arif. Padahal ia sendiri pun sedang tidak punya duit. Kini Arif berada di dua ujung tanduk, setelah menimbang sebaik mungkin ia bulatkan tekad untuk membeli lantai keramik dengan kartu kredit yang sebenarnya ia tidak mau lagi menggunakannya, karena ancaman dari sang istri yang sudah memberi ultimatum padanya agar tidak lagi menggunakan kartu kredit.
Usai memilih lantai keramik ia pun menggesek kartu kreditnya dengan total tagihan 2,8 juta. Tak lupa ia mengucap, "Bismillah.."
Maka Arif kini bersedekah lantai keramik dijalan Allah, meski dengan cara berutang lewat kartu kredit.
Sore menjelang, Arif pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, kira-kira pukul 17.30 sore, sang istri pun meletakkan secarik kertas di atas meja.
"Apa itu Ma?" Arif bertanya.
Sang istri menukas dengan ketus, "Baca sendiri!"
Ternyata itu adalah surat tagihan penggunaan kartu kredit.
"Celaka!" gumam Arif.
Akhirnya dia ketahuan oleh sang istri telah menggunakan kartu kredit untuk pembelian lantai mushola. Ia amat takut sekali bila sang istri marah.
"Ayo cepat buka!" sang istri berkata dengan suara meninggi.
Akhirnya ia hanya diam tak berkutik. Sungguh ia amat merasa takut, tidak sedikitpun gurat kebahagiaan tersisa di wajahnya.
Dengan perlahan ia buka amplop tagihan kartu kredit itu dan kemudian ia baca seluruh isi surat. Namun anehnya, ia tidak mendapati tagihan senilai 2,8 juta rupiah atas pembelian lantai keramik.
Seolah tidak percaya, ia ulangi membaca dan tetap saja ia tidak mendapatkan nilai tagihan atas lantai keramik.
Kisah ini menggambarkan betapa tidak semua orang berani bersedekah dengan sesuatu yang bukan 100% menjadi miliknya. Namun karena demi janji yang harus ditepati, demi janji yang tidak ingin mengecewakan semua orang, maka bersedekah dengan cara hutang tidak masalah, pastilah Allah melunasinya.
Comments